Kehilangan,
bicara tentang kehilangan, siapa sih di dunia ini yang gak takut sama yang
namanya “kehilangan”? Gue rasa, bukan gue doang yang takut kehilangan, tapi,
kayaknya semua makhluk dimuka bumi ini takut sama satu kata itu, bukan takut
sama katanya, tapi takut sama kejadian si kata itu.
Entah
apa yang dirasa saat ketakutan itu datang secara tiba-tiba, entah apa yang
bakal dilakuin saat ketakutan itu benar-benar datang, dan entah apa pula yang
akan terjadi selanjutnya saat ketakutan itu telah berlalu. Semua ada ditangan
Allah, semua rahasia Allah, gak ada satu orangpun yang tau kapan ketakutan itu
datang. Ya, benar, semua adalah rahasia sang pencipta.
Siapa
sih yang mau kehilangan? Apalagi kehilangan orang-orang yang kita cintai. Iya,
bukan? Kadang kala, gue sendiri ngerasa betapa gak enaknya didatangin kehilangan
itu, betapa sedihnya didatangin kehilangan itu. Siapa yang tau kehilangan itu
bakal terjadi kapan, dimana, lagi ngapain, sama siapa dan apapun itu? Gak akan
ada yang tau.
Pernah
sekali gue didatangin sama ketakutan yang amat-sangat gue takutin, ya rasanya
emang gak karuan. Tapi, gue mikir, mungkin ini salah gue, mungkin ini karena
faktor dia, mungkin ini karena orang ketiga, mungkin ini karena, mungkin ini
karena, mungkin ini karena dan mungkin, mungkin, mungkin. Gue gak tau pasti,
tapi yang jelas saat kehilangan itu datang rasanya keren abis! Gak ada yang
bisa nandingin, suer.
Gue
rasa kehilangan itu satu hal yang gue benci didunia ini. Kenapa? Karena gue
mikir, kenapa harus ada pertemuan kalau harus ada perpisahan? Kenapa harus ada
mendapatkan kalau harus ada melepaskan? Kenapa harus ada perjuangan kalau harus
ada sia-sia? Tapi, gue belajar tentang kehilangan, dari surah Al-Baqarah: 216.
“... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”, dan quotes “Jika ia yang kamu cinta
lebih bahagia tanpa adanya dirimu, apakah kamu mau meninggalkannya? Susah
memang, namun bukan berarti tak bisa. Toh, esensi meninggalkan dan ditinggalkan
adalah ‘berbahagia tanpa’, bukan ‘bersedih dengan’.”
Kadang
kala, rasa takut akan kehilangan itu selalu ada di dekat gue. Entah takut
kehilangan teman, sahabat, keluarga, orang-orang terdekat, dsb. To be honest, gue sekarang lagi dihantui
dengan rasa takut itu. Entah kenapa dan karena siapa. And, finally, gue mikir semua yang Allah kasih ke gue itu cuma
titipan, cuma titipan, gak kurang dan gak lebih. Boleh jadi gue sekarang bisa
memiliki, tapi siapa yang tau kapan bakal kehilangan? Kalau kata doi sih, back to basic and let it flow aja.
Semua pasti ada jalannya, kok. Jadi, tenang aja. Tapi, kasih bumbu juga dengan
terus berdo’a dan terus berusaha.